Kamis, 19 Oktober 2017

Semalam di Mandangin


Waktu beranjak ashar, ketika kami berlima dengan berkendara motor pergi k pelabuhan menuju pulau Mandangin, kabupaten Sampang.
Dan ternyata sampai di lokasi tidak sesuai yang dibayangkan. Untuk mencapai perahu menuju ke pulau mandangin harus mengeluarkan usaha eksrta. Alhamdulillah.... Bekal pengalaman dan hobby berpetualang membuat semua tantangan lebih mudah dihadapi.
Kami harus "bercincing - cincing ria" karena perahu tidak bisa menepi.
Menurut banyak orang akan sangat ribet untuk berpetualang bagi seorang "akhwat" dengan atibut pakaiannya. Tapi tidak bagi saya, berjilbab lebar dan selalu pakai rok tidak jadi penghalang.
Kami harus berjalan menerjang air laut sampai selutut sekitar 100 m untuk menuju perahu.
Perahu yang kami tumpangi berisi para penduduk pulau mandangin yang ada keperluan di Sampang dan mau pulang. Cukup dengan uang 10.000 kita sudah bisa sampai ke pulau Mandangin.
Pemandangan senja nan cantik menyambut kami ketika tiba di pulau yang juga di sebut pulau kambing. Benar juga disebut pulau kambing karena di sana banyak kambing berkeliaran bebas.


Pulau Mandangin adalah desa dan pulau yang berada di kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Bentuknya yang berupa kepulauan membuat tempat ini menjadi istimewa. Luas pulau Mandangin kurang lebih 90,04 ha. Ukurannya memang tidak terlalu luas, namun penduduk di sini sangat padat. Menurut cerita teman kami yang mengantar, kepadatan penduduk di pulai ini melebihi kota surabaya.
Di pulau ini tidak ada jalan yang lebar, karenanya di sini hampir tidak ada mobil.
Benar saja, pemandangan pertama di pulau mandangin adalah senja yang sangat cantik berbackground jajaran perahu nelayan yang banyak. Mata pencaharian penduduknya memang mayoritas adalah nelayan.
Dari dermaga kami dijemput salah satu teman dengan naik motor menuju rumah Pak Mukhlisin. Berliku-liku jalanannya dan banyak kambing berkeliaran liar di jalan-jalan. Sepanjang jalan mataku tak hentinya melihat sekeliling, takjub melihat kondisi lingkungan dan masyarakat yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Rumah-rumah sangat rapat dan jarang ada pepohonan.
Sesampai di rumah kami langsung ke kamar mandi dan segera berwudhu. Terkejut ketika aku berkumur-kumur, ternyata airnya asin. Lupa nih kalau sedang ada di pulau kecil di tengah laut. Wajahku pun terasa agak perih karenanya.
Setelah sholat maghrib dijamak dengan isya' kami dijamu tamu rumah dengan makanan sederhana tapi rasanya sangat enak. Masakan cumi-cumi cukup mengenyangkan perut kami malam itu. 


Setelah istirahat sebentar, beberapa para pendidik PAUD di pulau Mandangin datang untuk diskusi tentang perkembangan pendidikan PAUD di pulau ini. Pertanyaan demi pertanyaan, arahan,guyonan kami bincangkan sampai malam. Karena lelah, asing juga dengan bahasa mereka membuat aku harus ekstra kerja keras untuk tetap membuka mataku.
Sampai jam 11 mereka tetap asyik berdiskusi, akupun sudah menyerah. Sambil bersandar ke tembok, kupejamkan mataku beberapa saat.
Tengah malam, ternyata kami harus berpindah ke rumah yang lebih dekat dengan dermaga Karena jam setengah 3 kami harus kembali ke Sampang.
Dan ternyata kami diinapkan di sebuah musholla, wah serasa berpetualang backpackeran dan teringat jaman-jaman pramuka dulu.
Sesampai di sana ternyata diskusi masih berlanjut. Akhirnya sekitar jam 1 baru bisa istirahat, alhamdulillah.....
Istirahat sebentar jam setengah 3 kami harus pulang kembali ke Sampang. Di tengah dinginnya malam, sambil agak mengantuk kami naik kembali ke perahu yang membawa kami ke Sampang.
Semalam di Mandangin membawa sejuta pengalaman yang mewarnai perjalanan hidup kami.