Kamis, 19 Oktober 2017
Semalam di Mandangin
Jumat, 25 Agustus 2017
Shoum di bulan Dhulhijah
COPAS
Berapa Hari Shaum di bulan Dzulhijjah ?? 9 hari (1-9 Dzulhijjah) atau tanggal 9 Dzulhijjah aja (Shaum Arafah)
Sebagaimana telah kita maklumi bahwa pada bulan Dzulhijjah bagi kaum muslimin yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji disyariatkan melaksanakan shaum pada tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan sebutan shaum Arafah, sebagaimana diterangkan dalam hadis sebagai berikut:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبِلَةً، وَصَوْمُ عَاشُوْرَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً . – رواه الجماعة إلا البخاري والترمذي –
Dari Abu Qatadah, ia berkata,”Rasulullah saw. telah bersabda,’Shaum Hari Arafah itu akan mengkifarati (menghapus dosa) dua tahun, yaitu setahun yang telah lalu dan setahun kemudian. Sedangkan shaum Asyura akan mengkifarati setahun yang lalu.” HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari dan At-Tirmidzi. [1]
Meski demikian, muncul pertanyaan dari sebagian jamaah, apakah shaum di bulan Dzulhijjah itu hanya satu hari (9 Dzulhijjah) atau 9 hari, sejak tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah? Pertanyaan itu muncul karena terdapat fatwa yang mengatakan demikian dengan merujuk sejumlah hadis, antara lain sebagai berikut:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ ، يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ ، وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Tidak ada hari yang lebih dicintai Allah untuk beribadah padanya daripada 10 hari Dzulhijjah. Saum setiap hari padanya sebanding dengan shaum setahun. Dan qiyamul lail setiap malam padanya sebanding dengan qiyam lailatul qadr.” HR. At-Tirmidzi
Jawaban Kami
Kami temukan sejumlah hadis yang menunjukkan bahwa shaum di bulan Dzulhijjah itu bukan hanya shaum Arafah, namun setelah dianalisa ternyata hadis-hadis itu dhaif bahkan palsu, dengan argumentasi sebagai berikut:
Pertama, shaum selama 10 hari pertama Dzulhijjah
Hadis tentang shaum 10 hari pertama bulan Dzulhijjah diriwayatkan dengan redaksi beragam, yaitu:
Riwayat (1)
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ ، يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ ، وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Tidak ada hari yang lebih dicintai Allah untuk beribadah padanya daripada 10 hari Dzulhijjah. Saum setiap hari padanya sebanding dengan shaum setahun. Dan qiyamul lail setiap malam padanya sebanding dengan qiyam lailatul qadr.” HR. At-Tirmidzi, Al-Baghawi, dan al-Baihaqi. [2]
Hadis di atas diriwayatkan pula oleh Ibnu al-Jauzi, dengan redaksi
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرَةَ ذِي الْحِجَّةِ يُعَدُّ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Tidak ada hari yang lebih dicintai Allah untuk beribadah padanya daripada 10 hari Dzulhijjah. Saum setiap hari padanya dinilai sebanding dengan shaum setahun. Dan qiyamul lail padanya dinilai sebanding dengan qiyam lailatul qadr.”[3]
Derajat hadis
Imam at-Tirmidzi berkata:
هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ ، لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ مَسْعُودِ بْنِ وَاصِلٍ ، عَنِ النَّهَّاسِ.وَسَأَلْتُ مُحَمَّدًا عَنْ هَذَا الحَدِيثِ فَلَمْ يَعْرِفْهُ مِنْ غَيْرِ هَذَا الوَجْهِ مِثْلَ هَذَا. وَقَدْ رُوِيَ عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلاً شَيْءٌ مِنْ هَذَا. وَقَدْ تَكَلَّمَ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ فِي نَهَّاسِ بْنِ قَهْمٍ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ.
“Ini hadis gharib (tunggal), kami tidak mengetahuinya selain dari hadis Mas’ud bin Washil, dari an-Nahhas. Dan saya bertanya kepada Muhamad (al-Bukhari) tentang hadis ini, maka beliau tidak mengetahuinya selain dari jalur ini. Sedikit bagian dari hadis ini telah diriwayatkan pula dari Qatadah, dari Sa’id al-Musayyab, dari Nabi saw. dengan sanad mursal (terputus), dan Yahya bin Sa’id al-Qathan telah memperbincangkan Nahas bin Qahm dari aspek hapalannya.” [4]
Kata Imam al-Baghawi:
وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ , قَالَ أَبُو عِيسَى : سَأَلْتُ مُحَمَّدًا ، عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ ، فَلَمْ يَعْرِفْهُ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ مِثْلَ هَذَا.
“Dan sanadnya dha’if. Abu Isa at-Tirmidzi berkata, ‘Saya bertanya kepada Muhamad (al-Bukhari) tentang hadis ini, maka beliau tidak mengetahuinya selain dari jalur ini.”[5]
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
وَلِلتِّرْمِذِيِّ مِنْ طَرِيقِ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَعْدِلُ صِيَامَ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ ، وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ لَكِنْ إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ ، وَكَذَا الْإِسْنَادُ إِلَى عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Dan riwayat at-Tirmidzi melalui jalur Sa’id bin al-Musayyib, dari Abu Huraerah: ‘Saum setiap hari padanya sebanding dengan shaum setahun. Dan qiyamul lail setiap malam padanya sebanding dengan qiyam lailatul qadr,’ namun sanadnya dha’if, begitu pula penyandaran kepada ‘Adi bin Tsabit. Wallahu A’lam.”[6]
Untuk memperjelas penilaian para ulama di atas, dapat kami sampaikan sampaikan latar belakang dan penyebab hadis itu dinilai dha’if.
Pertama, rawi bernama Mas’ud bin Washil. Kata ad-Daraquthni, “Abu Dawud at-Thayalisi menyatakan bahwa ia daif.” [7]Kata Ibnu Hajar, “Layyin al-Hadits” [8]
Kedua, rawi bernama Nahhas bin Qahm. Kata Ibnu Hiban, “Dia meriwayatkan hadis munkar dari orang-orang populer, menyalahi periwayatan para rawi tsiqat, tidak boleh dipakai hujjah.” [9] Kata Ibnu Hajar, “dha’if.” [10]
Riwayat (2)
صِيَامُ أَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْعَشْرِ يَعْدِلُ مِائَةَ سَنَةٍ وَالْيَوْمِ الثَّانِي يَعْدِلُ مِائَتَي سَنَةٍ فَإِنْ كَانَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ يَعْدِلُ أَلْفَ عَامٍ وَصِيَامُ يَوْمَ عَرَفَةَ يَعْدِلُ أَلْفَي عَامٍ
“Shaum hari pertama dari 10 hari (Dzulhijjah) sebanding dengan 100 tahun. Hari kedua sebanding dengan 200 tahun, jika hari Tarwiyyah (8 Dzulhijjah) sebanding dengan 1000 tahun, dan shaum hari Arafah (9 Dzulhijjah) sebanding dengan 2000 tahun.” HR. Ad-Dailami. [11]
Derajat hadis
Hadis ini daif, bahkan maudhu’ (palsu) karena pada sanadnya terdapat rawi Muhamad bin Umar al-Muharram. Kata Abu Hatim, “Dia pemalsu hadis.” [12] Kata Ibn al-Jauzi, “Dia manusia paling dusta.” [13]
Kedua, Tanggal 1 dan 9 Dzulhijjah
Hadis tentang shaum 1 dan 9 bulan Dzulhijjah diriwayatkan dengan redaksi berikut:
فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ ذِي الْحِجِّةِ وُلِدَ إِبْرَاهِيمُ : فَمَنْ صَامَ ذلِكَ اليَوْمَ كَانَ كَفَّارَةُ سِتِّينَ سَنَةً.
“Pada malam awal bulan Dzulhijah itu dilahirkan Nabi Ibrahim, maka siapa yang shaum pada siang harinya, hal itu merupakan kifarat dosa selama enam puluh tahun.” [14]
Dalam riwayat lain dengan redaksi:
فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ ذِي الْحِجِّةِ وُلِدَ إِبْرَاهِيمُ : فَمَنْ صَامَ ذلِكَ اليَوْمَ كَانَ كَفَّارَةُ ثَمَانِيْنَ سَنَةً – وَفِي رِوَايَةٍ – سَبْعِيْنَ سَنَةً وَفِي تِسْعٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ أَنْزَلَ اللهُ تَوْبَةَ دَاوُدَ فَمَنْ صَامَ ذلِكَ اليَوْمَ كَانَ كَفَّارَةُ سِتِّينَ سَنَةً – وَفِي رِوَايَةٍ – غَفَرَ اللهُ لَهُ كَمَا غَفَرَ ذَنْبَ دَاوُدَ
“Pada malam awal bulan Dzulhijah itu dilahirkan Nabi Ibrahim, maka siapa yang shaum pada hari itu, hal itu merupakan kifarat dosa selama delapan puluh tahun. Dan pada suatu riwayat tujuh puluh tahun. Dan pada 9 Dzulhijjah Allah menurunkan taubat Nabi Daud, maka siapa yang shaum pada hari itu, hal itu merupakan kifarat dosa selama enam puluh tahun” Dan pada suatu riwayat: “Allah mengampuninya sebagaimana Dia mengampuni dosa Nabi Dawud.” HR. Ad-Dailami. [15]
Derajat hadis
Hadis-hadis di atas dengan berbagai variasi redaksinya adalah maudhu (palsu) karena diriwayatkan oleh seorang pendusta bernama Muhamad bin Sahl. [16]
Ketiga, Tanggal 18 Dzulhijjah
مَنْ صَامَ يَوْمَ ثَمَانِيَّةَ عَشَرَ مِنْ ذِيْ الْحِجَّةِ كَتَبَ اللهُ لَهُ صِيَامَ سِتِّيْنَ شَهْرًا
“Siapa yang shaum hari ke-18 Dzulhijjah, Allah pasti mencatat baginya (pahala) shaum 60 bulan.” [17]
Derajat hadis
Hadis ini daif, bahkan maudhu’ (palsu). Kata Imam ad-Dzahabi, “ini hadis sangat munkar, bahkan palsu.” [18]
Keempat, Hari Terakhir Bulan Dzulhijjah dan Hari Pertama Muharram
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَأَوَّلَ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبِلَةَ بِصَوْمٍ فَقَدْ جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَّارَةَ خَمْسِينَ سَنَةً.
“Siapa yang shaum pada hari terakhir bulan Dzulhijah dan hari pertama bulan Muharam, maka ia telah menutup tahun lalu dengan shaum dan membuka tahun yang datang dengan shaum. Sungguh Allah telah menjadikan kifarat dosa selama lima puluh tahun baginya.” [19]
Menurut Ibnu Katsir, hadis ini diriwayatkan pula dengan sedikit perbedaan redaksi pada akhir hadis:
فَقَدْ جَعَلَهُ اللهُ كَفَّارَةَ خَمْسِينَ سَنَةً
“Sungguh Allah telah menjadikannya sebagai kifarat dosa selama lima puluh tahun.” [20]
Derajat hadis
Hadis ini daif, bahkan maudhu’ (palsu). Pada sanadnya terdapat dua rawi pendusta, yaitu Ahmad bin Abdullah al-Harawi dan Wahb bin Wahb. Kata Imam as-Suyuthi, “keduanya pendusta.” [21] Kata Imam Ibn al-Jauzi, “Keduanya pendusta dan pemalsu hadis.” [22]
Dari berbagai keterangan para ahli hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa shaum yang disyariatkan pada bulan Dzulhijjah hanya satu hari 9 Dzulhijjah, yang disebut shaum Arafah.
[1]Lihat, Ahmad, Musnad Ahmad, XXXVII:222, No. hadis 22.535, Muslim, Shahih Muslim, I:520, An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra, II:150, No. hadis 2796, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, II:340, 343, Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Awsath, VI:300, No. hadis 5642. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani dari Sahabat Zaid bin Arqam, Sahl bin Saad, Qatadah bin Nu’man, Ibnu Umar, dan Abu Sa’id Al-Khudriy. Dalam versi Abu Sa’id Al-Khudriy dengan redaksi:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍالخُدِرِيِّ قَالَ : قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ السَّنَةِ المَاضِيَةِ وَالسَّنَةِ المُسْتَقْبِلَةِ
Dari Abu Said, dari Nabi saw. Shaum Arafah itu merupakan kifarat tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang. HR. Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Awsath, III:45, No. hadis 2086.
By Amin Muchtar, sigabah.com/beta
[2] Lihat, HR. At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, III:132, No. 758, Al-Baghawi, Syarh as-Sunnah, IV:436, Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, III:355, No. 3757
[3] Lihat, al-‘Ilal al-Mutanahiyah fi al-Ahadits al-Wahiyah, II:563, Hadis No. 925
[4] Lihat, Sunan at-Tirmidzi, III:132.
[5] Lihat, Syarh as-Sunnah, IV:436.
[6] Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, II:461
[7] Lihat, ‘Ilal ad-Daraquthni, IX:200.
[8] Lihat, Tahdzib at-Tahdzib, X:109; Taqrib at-Tahdzib, hlm. 528
[9] Lihat, Tahdzib al-Kamal, XXX:28.
[10] Lihat, Taqrib at-Tahdzib, hlm. 566
[11] Lihat, al-Firdaus bi Ma’tsur al-Khitab, II:396, hadis No. 3755
[12] Lihat, ad-Dhu’afa wa al-Matrukin, III:96.
[13] Lihat, al-Maudhu’at, II:198.
[14] Lihat, Tadzkirrah al-Maudhu’at, hal. 119.
[15] Lihat, al-Firdaus bi Ma’tsur al-Khitab, III:142, hadis No. 4381, II:21 No. 2136, IV:386, No. 7122. Lihat pula, Tanzih as-Syari’ah al-Marfu’ah, II:165 No. 50; Maushu’ah al-Ahadits wal Atsar ad-Dha’ifah wal Maudhu’ah, VI:235 No. 14.953.
[16] Lihat, Tadzkirrah al-Maudhu’at, hlm. 119
[17] Lihat, Kasyf al-Khifa wa Muzil al-Ilbas, II:258, hadis No. 2520; al-‘Ilal al-Mutanahiyah, I:226, No. 356; al-Abathil wal Manakir, II:302, No. 714.
[18] Lihat, Kasyf al-Khifa wa Muzil al-Ilbas, II:258.
[19] Lihat, al-La’ali al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah, II:92; al-Maudhu’at, II:199; Tadzkirrah al-Maudhu’at, hlm. 118; Tanzih as-Syari’ah, II:176.
[20] Lihat, al-Fawaid al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah, hlm. 96, No. 31
[21] Lihat, al-La’ali al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah, II:92.
[22] Lihat, al-Maudhu’at, II:199.
http://www.sigabah.com/beta/hadis-dhaif-seputar-shaum-dzulhijah/
Rabu, 12 Juli 2017
Resep bakso
Trauma sama tempat penggilingan daging yang tidak hygiene bikin saya putar otak bund untuk bisa bikin bakso sendiri,dan akhirnya menemukan cara dan resep yang pas,simple dan cocok dikantong walau tanggal tua sekalipun...
(Hiiihiihiii jadi curhat deh...)
Modal ga sampe 20ribu,hasil bisa sampai 60-70an bakso kecil...
Saya edit ya bund,biar ga susah manjatnya..
"Bakso Ayam"
(Daging bisa diganti sesuai selera)
Bahan :
Dada ayam 250 gr ambil bagian dagingnya cincang kasar
Telur 1 butir
Tepung kanji/sagu 5 sdm
Merica,garam secukupnya
Tepung agar2 plain merk swalow 1 bks
Bawang putih 2 siung goreng
Es batu 8 balok kecil
Baking powder seujung sendok teh
Cara Membuat :
1. Haluskan daging,es batu,telur,merica,bawang putih goreng dan baking powder menggunakan chooper/blender (saya pakai blender)
2. Setelah halus pindahkan ke baskom,beri tepung kanji/sagu dan tepung agar2nya,beri garam kira2 saja
3. Aduk2 hingga tercampur rata,lalu masukkan kedalam kulkas kurang lebih 2-3 jam
4. Setelah itu didihkan air dalam panci,matikan kompor baru bentuk2 dan masukkan kedalam air panas (saya membentuk menggunakan 2 sendok)
5. Lakukan hingga habis,lalu rebus hingga terapung..
6. Angkat,tiriskan lalu siap dihidangkan bersama pelengkap...
Selamat mencoba..
by: Postingan mba Nur Halimah El-Rafif (senin 03-04-17 *le)
Kamis, 29 Juni 2017
MATANG DAHULU, MASUK SD KEMUDIAN
Ada fenomena menarik belakangan ini. Beberapa orangtua berusaha memasukkan anaknya ke jenjang sekolah dasar (SD) sedini mungkin. Bahkan, ada orangtua yang ingin memasukkan anaknya yang masih berusia 4,5 tahun hanya karena si orangtua khawatir, anaknya “ketuaan” saat masuk SD. Mereka juga merasa anaknya sudah siap masuk sekolah dasar, karena sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Coba, kurang apa lagi?
Ini jelas berbeda dari Lia Boediman, M.S..C.P., Psy, D., psikolog yang menghabiskan 22 tahun waktunya di Amerika dan baru kembali ke tanah air. Meski anaknya (5,5) sudah siap masuk sekolah dasar, tapi Lia malah menundanya. Semua itu sudah dipertimbangkan dengan matang, termasuk membicarakan dengan anaknya. Ternyata, anaknya pun setali tiga uang, ia masih ingin bersekolah di TK B dan belum mau masuk SD. Anaknya pun tak masalah bila nanti teman-teman sekelasnya di TK berusia lebih muda dari dirinya. Juga tak mengapa bila teman-teman seangkatannya di TK sudah berseragam merah putih alias duduk di kelas 1 sekolah dasar.
“Kalau usianya masih segitu, biarlah jika dia masih mau di TK B. Mungkin kalau usianya sudah 6 tahunan, pertimbangan saya, lain lagi. Bukankah untuk melanjutkan ke pendidikan dasar, minimal anak harus berusia 7 tahun? Jadi, meski anak saya sudah siap, biarlah dia dimatangkan lagi aspek kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosional, dan juga kemandiriannya. Dengan begitu, ia siap belajar dan tidak kapok karena tidak dapat menyesuaikan diri di sekolah. Saya ingin menanamkan pada anak, sekolah adalah tempat yang menyenangkan. Begitu juga dengan belajar, learning is fun and interesting. Dengan begitu, ketika di SD mereka akan mempunyai regulasi diri, tanggung jawab akan belajar, dan ketertarikan akan sekolah,” ungkap pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
PASTIKAN ANAK MATANG
Menurut Lia, sebelum memasuki jenjang SD, anak sebaiknya memiliki beberapa aspek kematangan bersekolah, meliputi aspek kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosional, dan kemandirian. Jadi kemampuan anak menulis, membaca, dan berhitung saja tidak cukup. Itulah mengapa, untuk mengetahui kesiapan anak bersekolah, banyak SD yang mengharuskan para calon peserta didiknya melakukan tes kematangan sekolah.
Selain untuk kelancaran proses belajar mengajar, tes kematangan sekolah juga diperlukan untuk kebaikan anak itu sendiri. Bayangkan, secara aspek kognitif anak sudah matang, tapi dari sisi kemandirian, emosi dan aspek lainnya belum matang, sehingga akan menyulitkan dirinya dan juga pihak sekolah. IQ-nya boleh tinggi, tapi di kelas dia belum bisa melakukan toilet learning sendiri. Apakah gurunya yang harus membantu anak melakukan toilet learning? Itu jika satu anak, bagaimana bila dalam satu kelas ada beberapa anak dengan kondisi sama. Repot, kan? Tidak hanya itu. Ia juga mudah tantrum atau menangis. Meski secara kognitif ia siap, namun ketidakmatangan emosi ini akan menghambatnya saat bersosialisasi; anak akan dijauhi, tidak disukai teman-teman di sekolahnya. Bukan tidak mungkin nantinya anak menjadi malas atau mogok sekolah. Bahaya, kan?
Bila anak masuk ke sekolah yang menyeimbangkan aspek kognitif dan aspek lainnya, maka anak bisa saja mengejar ketertinggalan tersebut. Tapi bagaimana bila anak bersekolah di sekolah yang menekankan pada aspek kognitif semata? Di satu sisi kognitif anak akan semakin tinggi, tapi di sisi lain aspek yang kurang matang akan menjadi kurang terstimulasi. Akibatnya, aspek-aspek yang kurang matang akan semakin sulit berkembang, tertinggal jauh dari teman-teman lainnya yang sudah matang. Inilah yang akan menjadi masalah di kemudian hari, dimana di usia sekolah dasar anak harus terus-menerus disuruh belajar, lalu saat ujian orangtuanya stress karena sibuk belajar, menanya-nanya soal, membacakan, dan sebagainya. Nantinya, anak tidak bisa menjalin relasi sosial yang baik dengan orang lain, masih banyak dibantu, dan sulit untuk menjadi sukses.
“Ini yang tidak diinginkan, sehingga uji kematangan sebelum bersekolah perlu dilakukan.” Jadi tidak mentang-mentang bisa calistung, si kecil yang berusia 4 tahunan lantas bisa masuk sekolah dasar, ya, Bu-Pak.
KEMATANGAN MERUPAKAN PROSES
Kematangan anak untuk bersekolah merupakan proses yang terkait dengan aspek perkembangan anak secara keseluruhan dan proses ini dimulai sejak bayi. Kematangan anak harus dibina dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, anak diberi kesempatan untuk mandiri, bisa bersosialisasi, dan sebagainya. Kenalkan dan ajarkan kemampuan tersebut di rumah sesuai dengan tahapan usia perkembangannya.
Jadi, kematangan bersekolah ini tidak dinilai atau dilihat saat anak mau masuk sekolah dasar saja. Tahun depan anak mau masuk SD, lalu kematangannya dinilai 6 bulan sebelumnya. Tidak demikian. Tes-tes kematangan sekolah yang diberlakukan di beberapa SD, pada intinya untuk melihat gambaran mengenai kekurangan dan kelebihan anak tersebut. Sekolah-sekolah biasanya akan menerima anak dengan menyeleksinya sesuai standar tertentu.
Padahal, untuk mengetahui kematangan bersekolah anak dibutuhkan tenaga psikolog anak professional. Maka itu, orangtua disarankan membawa anaknya ke psikolog anak professional, meski tidak dipungkiri beberapa sekolah sudah melibatkan psikolog anak professional dalam tes itu.
Informasi kematangan bersekolah anak ini diperoleh psikolog dengan cara mewawancarai orangtua si anak mengenai perkembangannya, mendapatkan informasi dari guru TK sebelumnya, dan juga melakukan observasi pada anak langsung dengan bertanya, berinteraksi dengan bermain, dan mengobservasi lainnya. Dengan begitu dapat diketahui seperti apa perkembangan diri si anak. Selain itu, dilakukan pula tes intelegensi untuk mengetahui kemampuan kognitif anak. Lewat serangkaian proses itu dapat diperoleh rekomendasi, apakah anak sudah matang untuk melanjutkan ke jenjang SD atau tidak.
SETIAP ANAK BERBEDA
Kematangan setiap anak tentunya berbeda-beda. Selain dipengaruhi usia, juga oleh temperamen, cara belajar anak selama ini, tahap perkembangannya, serta faktor lingkungan yang mendukungnya. Umumnya, pada anak-anak normal, di usia 6-7 tahun anak sudah matang alias siap untuk bersekolah. Kecuali pada anak-anak yang mempunyai masalah dengan perkembangannya, seperti ada hambatan kognitif, bahasa, dan sebagainya, tentunya di usia 7 tahun belum bisa masuk SD karena ada masalah tersebut.
Memang, di usia 6-7 tahun itu boleh jadi ada beberapa aspek anak yang mungkin saja belum matang, tapi yang harus diingat, kematangan anak untuk bersekolah tidak dilihat dari satu aspek saja, tapi secara keseluruhan. Apalagi dalam setiap aspek, misalnya, aspek bahasa terdiri atas beberapa komponen, begitupun aspek motorik, dan sebagainya, masing-masing ada komponennya.
Jadi, bisa saja anak secara aspek kognitifnya sudah matang, namun secara sosial masih pemalu. Bukan berarti anak belum matang untuk masuk SD. Kekurangan anak atau kurang siapnya anak secara sosial tersebut masih bisa diupayakan, di-support untuk lebih matang dalam aspek tersebut.
Maka itu, pemilihan sekolah pun menjadi penting. Pilihlah sekolah yang menyeimbangkan semua aspek perkembangan anak. Tidak hanya kognitif, tapi juga aspek lainnya, sehingga semua aspek anak dapat terasah secara optimal.
KERJA SAMA ORANGTUA-SEKOLAH
Mengingat sistem pendidikan di tanah air yang cenderung kurang memberikan kematangan pada aspek lain selain kognitif, maka diperlukan kerja sama antara orangtua dan pihak sekolah (SD). Orangtua harus berperan aktif dengan cara mengenal baik anaknya, mengetahui bagaimana tahapan perkembangannya, mengetahui kekurangan dan kelebihan anaknya, sehingga orangtua tahu apa yang dapat dilakukannya atas kekurangan yang dimiliki agar menjadi lebih baik serta dapat memaksimalkan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Contoh, orangtua melihat anak masih kurang mandiri, maka orangtua dapat memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan hal-hal sederhana sendiri. Contoh lain, aspek sosial anak tampak masih kurang, maka anak sering-sering diajak berinteraksi dengan temannya atau orang lain.
Pihak sekolah dasar juga seharusnya bisa melihat beban-beban yang diberikan kepada muridnya agar seimbang pada setiap aspek perkembangan. Menyediakan fasilitas untuk mendukung aspek-aspek perkembangan anak, misal, menyediakan ruang bermain seperti playground atau lapangan basket untuk mengasah kemampuan motorik anak.
Memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan lewat bermain terutama pada usia-usia SD awal. Guru sekolah dasar juga sebaiknya mengetahui tahapan perkembangan di usia sekolah, sehingga dapat mengembangkan kemampuan anak secara keseluruhan.
INDIKATOR KEMATANGAN BERSEKOLAH
1. Aspek FISIK
· Motorik Kasar
- Bisa duduk tegap.
- Berjalan lurus dan bervariasi.
- Berlari.
- Melompat.
- Melempar.
- Memanjat.
- Naik turun tangga.
- Mengombinasi gerakan seperti lompat, jongkok, tegak dan berguling.
· Motorik Halus
- Dapat memegang pensil dengan baik.
- Menggambar orang atau sesuatu dengan lebih rapi tidak berantakan.
- Bisa makan sendiri.
- Menulis angka.
- Mewarnai.
- Menggunting.
- Menyusun lego.
2. Aspek BAHASA
- Memperkenalkan diri, nama, alamat, dan keluarga dengan jelas.
- Bercerita mengenai keadaan di rumah, sekolah, permainan, dan lain-lain.
- Menjawab pertanyaan.
- Menyanyikan lagu.
- Menyebutkan seluruh anggota badan.
- Menirukan huruf, suku kata, dan kata.
3. Aspek KOGNITIF
- Menerangkan mengenai sesuatu, misalnya kegunaan suatu benda.
- Mengenal warna.
- Mengetahui angka atau bilangan.
- Membedakan bentuk.
- Dapat mengelompokkan benda/sesuatu.
- Memahami konsep penjumlahan dan pengurangan.
- Membaca tanda-tanda umum seperti di jalan.
- Dapat berpikir lebih fleksibel dan sebab akibat.
- Rasa keingintahuan yang besar dan mencari tahu jawabannya.
4. Aspek SOSIAL-EMOSIONAL
- Bisa bermain secara interakstif dengan temannya.
- Berperilaku sesuai norma yang ada di lingkungannya.
- Menghargai adanya perbedaan maupun pendapat orang lain.
- Tidak lagi terlalu bergantung/lengket pada orangtuanya.
- Dapat menolong orang lain/temannya.
- Menunjukkan rasa setia kawan deengan temannya.
- Bisa beradaptasi di lingkungan baru seperti teman atau guru.
- Bila diberi tahu sesuatu bisa mengerti.
- Dapat berkonsentrasi maksimal 15-20 menit.
- Bisa menunggu atau menahan keinginannya.
- Dapat patuh pada aturan dan tuntutan lingkungan.
5. Aspek KEMANDIRIAN
- Sudah bisa makan sendiri.
- Pakai baju sendiri.
- Menyikat gigi sendiri.
- Toilet learning.
- Mulai dapat teratur pada rutinitas, seperti bangun tidur.
sumber:
http://www.kancilku.com/Ind//index.php?option=com_content&task=view&id=566
Kamis, 09 Maret 2017
Copas
Papua 2 jam lebih awal dari Jakarta, Tapi tidak berarti Jakarta lebih lambat, atau Papua lebih cepat. Keduanya bekerja sesuai "Zona Waktu"nya masing-masing.
Seseorang masih sendiri. Seseorang menikah dan menunggu bertahun- tahun utk memiliki momongan. Ada juga yang memiliki momongan dalam setahun usia pernikahannya.
Seseorang lulus kuliah di usia 22th, tapi menunggu 5 tahun utk mendapatkan pekerjaan tetap; yang lainnya lulus di usia 27th dan langsung bekerja.
Seseorang menjadi CEO di usia 25 dan meninggal di usia 50 saat yg lain menjadi CEO di usia 50 dan hidup hingga usia 90th.
Setiap orang bekerja sesuai "Zona Waktu"nya masing-masing.
Seseorang bisa mencapai banyak hal dengan kecepatannya masing-masing.
Bekerjalah sesuai "Zona Waktu"mu.
Kolegamu, teman-teman, adik kelasmu mungkin "tampak" lebih maju. Mungkin yang lainnya "tampak" di belakangmu.
Setiap orang di dunia ini berlari di perlombaannya sendiri, jalurnya sendiri, dlm waktunya masing-masing. Allah punya rencana berbeda untuk masing-masing orang. Waktu berbeda utk setiap orang. Obama pensiun dr presiden di usia nya yg ke 55, dan Trump maju di usianya ke 70.
*Jangan iri kepada mereka atau mengejeknya...*
Itu "Zona Waktu" mereka.
Kamu pun berada di "Zona Waktu"mu sendiri!
Kamu tidak terlambat. Kamu tidak lebih cepat. Kamu sangat sangat tepat waktu! Tetaplah kejar keberkahan Allah…agar sampai pada muara kebahagiaan di surgaNya..
Kamu di "Zona Waktu"mu!
Semoga Allah selalu Ridho dengan segala aktivitas kita..amiin
Rabu, 22 Februari 2017
Menolak pemberian
🍁 *_MENOLAK PEMBERIAN_*🍁
Oleh:
_Ustadz Dr. Ahmad Djalaluddin, Lc. MA._
📝 Dikisahkan bahwa *Abdullah bin Amir* mengutus seseorang mengantarkan hadiah uang dan baju kepada *Aisyah* –radliyallahu `anha. Kepada utusan itu Aisyah berkata, _“Saya tidak menerima pemberian siapapun”._ Utusan itu keluar.
Tapi, Aisyah memanggilnya dan berkata, _“Kembalilah, saya ingat sesuatu. Sesungguhnya Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallama- pernah berkata kepadaku:_
*يَا عَائِشَةُ مَنْ أَعْطَاكِ عَطَاءً بِغَيْرِ مَسْأَلَةٍ اقْبَلِيهِ , فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ عَرَضَهُ اللَّهُ عَلَيْكِ.*
_“Aisyah, barangsiapa memberimu hadiah (pemberian) sedang kamu tidak memintanya, maka terimalah. Itu rizki yang diberikan oleh Allah”._ (Majma` Zawaid dengan Rijal hadits yang terpercaya).
*Atha` bin Yasar* juga bercerita bahwa Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallama- memberi Umar bin Khatthab –radliyallahu `anhu- tapi ia menolaknya dan berkta,
*يا رسول الله ، أليس قد أخبرتنا أن خيرا لأحدنا ألا يأخذ لأحد شيئا ؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: إنما ذلك عن مسألة، وأما ما كان عن غير مسألة ، فإنما هو رزق رزقكه الله » ، قال : والذي بعثك بالحق لا أسأل أحدا شيئا ، ولا يأتيني من غير مسألة إلا أخذته.*
💭 _“Ya Rasulallah, bukankah engkau memberitahu kami bahwa kebaikan itu bila kita tidak mengambil (pemberian) dari orang lain?”_ Rasulullah menjawab, _“Yang seperti itu bila (engkau diberi) karena meminta. Tapi bila engkau tidak memintanya, maka (pemberian) itu adalah rizki yang dikaruniakan Allah kepadamu”._
Umar pun berkata, _“Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak akan meminta kepada siapapun. Dan bila ada yang memberiku tanpa aku memintanya, maka aku menerimanya.”_ *(Hasan Shahih, Al Targhib wa Tarhib, Kitabu al Shadaqat)*
🔆 *Ibnu Abdil Barr* –rahimahullah- meriwayatkan dalam Al Istidzkar bahwa Abu Darda` -radliyallahu `anhu- berkata, _“Sesungguhnya diantara kalian ada yang berdoa, *“Ya Allah karuniai aku rizki”.* Dia tahu bahwa Allah -`azza wa jalla- tidak menurunkan untuknya dinar dan dirham._
_Tapi Allah memberi rizki pada sebagian dan tidak memberi pada yang lain. Jika diantara kalian diberi sesuatu, maka terimalah. Apabila ia tidak membutuhkan (pemberian itu) hendaknya diberikan kepada saudaranya yang membutuhkan._
_Jika ia fakir hendaknya pemberian itu digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Janganlah menolak rizki Allah yang diberikan.”_
💠Menerima hadiah dan pemberian itu sunnah, selama bukan karena meminta. Tapi, bila pemberian itu berupa gratifikasi atau suap *maka dosa,* apalagi bila meminta ‘suap’ dan meminta gratifikasi.
_Wallahu a`lam bisshawab_
🍃🍃🍃💠🔆💠🍃🍃🍃
Malang, 15 Rabiul Awal 1438H.
📡Join Telegram:
http://tlgrm.me/ahmadjalaluddin
*_Silahkan disebarkan channel Telegram ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah kita. Aamiin._*
Berilmu....
Faiz:
Beliau rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,
Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.
Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.
Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.
Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:
Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.
Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.
Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.
Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.
***
Disadur dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Terj. Begini Seharusnya Mendidik Anak), Al-Maghrbi bin As-Said Al-Maghribi, Darul Haq.
*_ISTIDRAJ_*
Istidraj adalah suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.
Jadi, ketika Allah membiarkan kita :
1. Sengaja meninggalkan shalat.
2. Sengaja meninggalkan puasa.
3. Tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat dan membuka aurat.
4. Berat untuk bershadaqah.
5. Merasa bangga dengan apa yang dimiliki.
6. Mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah.
7. Menganggap enteng perintah-perintah Allah.
8. Merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat.
9. Tidak mau menuntut ilmu syar'i.
10. Lupa akan kematian.
Tetapi Allah tetap memberikan kita :
1. Harta yang berlimpah.
2. Kesenangan terus menerus.
3. Dikagumi dan dipuja puji banyak orang.
4. Tidak pernah diberikan sakit.
5. Tidak pernah diberikan musibah.
6. Hidupnya aman-aman saja.
Hati-hati karena semuanya itu adalah ISTIDRAJ..
Ini merupakan bentuk kesengajaan dan pembiaran yang dilakukan Allah pada hambaNya yang sengaja berpaling dari perintah-perintah Allah, Allah menunda segala bentuk azabNya.
Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan semakin diperbudak dunia, Allah membuatnya lupa pada kematian.
Jangan dulu merasa aman, nyaman, tentram dengan hidup kita saat ini, seolah hidup kita penuh berkah dari Allah, lihat diri kita.
Bila semua kesenangan yang Allah titipkan tapi justru membuat kita semakin jauh dari Allah dan melupakan segala perintah-perintahNya bersiaplah untuk menantikan konsekuensinya, karena janji Allah itu Maha Benar.
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ ﻳُﻌْﻄِﻲ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻭَﻫُﻮَ
ﻣُﻘِﻴﻢٌ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻌَﺎﺻِﻴﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﺳْﺘِﺪْﺭَﺍﺝٌ
“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻧَﺴُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺫُﻛِّﺮُﻭﺍ ﺑِﻪِ ﻓَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏَ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﺮِﺣُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺃَﺧَﺬْﻧَﺎﻫُﻢْ ﺑَﻐْﺘَﺔً ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻢْ ﻣُﺒْﻠِﺴُﻮﻥَ
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)